Selasa, 19 April 2011

WISATA CANDI CETHO DAN CANDI SUKUH

Candi Cetho dan Candi Sukuh merupakan dua candi dari beberapa candi yang ada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang terletak di lereng Gunung Lawu. Bentuk bangunan Candi Cetho mempunyai kesamaan dengan Candi Sukuh. Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak Hindu peninggalan pemerintahan Kerajaan Majapahit. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Untuk sampai ke candi ini, kita harus melewati jalanan mendaki dan menurun lengkap dengan tikungan-tikungan tajam. Namun, sepajang perjalanan para wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan pegunungan dan agrowisata perkebunan teh yang sangat indah dan menawan. Candi Cetho sendiri sampai saat ini masih digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat beribadah seperti pemujaan dan tempat pertapaan.



Gambar 1. Candi Cetho
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Sedangkan Candi Sukuh sendiri terletak di Desa Berjo, Kabupaten Karanganyar. Candi yang memiliki struktur bangunan yang unik karena bentuknya yang mirip bangunan piramid bangsa Maya ini juga tak kalah menakjubkan seperti halnya Candi Cetho. Struktur Candi Sukuh ini juga mengingatkan kita akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. 
Candi Sukuh ini memang tidak terlalu memiliki ukiran-ukiran ataupun pahatan-pahatan yang rumit seperti halnya Candi Prambanan ataupun Candi Borobudur. Bangunan Candi Sukuh ini lebih memberikan kesan kesederhanaan.


Gambar 2. Candi Sukuh
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Saat memasuki pintu utama kemudian memasuki gapura terbesar akan terlihat bentuk arsitektural khas bahwa candi ini tidak disusun tegak lurus tetapi agak miring dengan bentuk trapesium. Bentukan seperti ini merupakan bentukan yang tidak lazim bagi candi-candi yang umumnya berada di Jawa Tengah. Candi Sukuh ini juga tergolong kontroversial, karena adanya bentukan-bentukan arca maupun relief yang melambangkan seksualitas.

Gambar 3. Kerusakan arca-arca pada Candi Cetho dan Candi Sukuh
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Terlepas dari kontroversi dan lain sebagainya mengenai kedua candi ini, keduanya tetaplah merupakan warisan kebudayaan dan sejarah Bangsa Indonesia. Terlihat pada kedua candi ini bahwa dari arca-arcanya sendiri sudah banyak yang rusak (banyak yang tidak memiliki kepala). Untuk itu kita berkewajiban untuk merawat dan melestarikannya agar peninggalan sejarah ini tidak hilang ditelan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar